Saat ini ditulis saya sedang menjalani ikhtiar mencari kejelasan penyakit. Saya menderita sebuah penyakit sejak tahun 2016 yang mana sampai awal bulan Oktober 2019 ini tidak tahu sakitnya apa. Hal ini dikarenakan diagnosa dokter yang selalu berubah-ubah, padahal sakitnya sama.

Dokter saraf mengatakan plantar fascitis. Dokter rehabilitasi medik mengatakan saya terkena osteo arthritis. Dokter orthopedi A mengatakan TBC sendi. Dokter orthopedi B mengatakan Tunnel Tarsal Syndrom. Dokter orthopedi C mengatakan rheumatoid arthritis. Sampai dokter penyakit dalam di kota saya pun juga sampai harus merujuk ke dokter sub spesialis di rumah sakit yang lebih besar.

Saya menulis ini hanya sebagai catatan pribadi saja. Jika ada sesuatu terkait apa yang saya tulis ini disalahgunakan oleh orang lain dan timbul konsekuensi hukum, maka saya tidak bertanggung jawab dan terlepas dari segala tuntutan. Ketika ini dibutuhkan saya bisa cepat mengakses riwayat sakit tanpa harus membuka catatan fisik.

Selasa, 17 September 2019

Hari ini saya bertemu dengan dokter orthopedi. Nama beliau saya singkat saja dengan inisial dokter SR. Saya sengaja konsultasi ke beliau karena saya kurang puas terhadap diagnosa dan terapi yang diberikan oleh dokter yang satunya berinisial dokter DRS.

Waktu ini yang saya rasakan adalah nyeri di pergelangan tangan kanan, di lutut kiri dan di punggung kaki kiri. Namun yang paling sakit adalah di pergelangan tangan kanan.

Setelah ngobrol-ngobrol tentang penyakit saya, pada akhirnya saya diminta untuk rontgen dan test darah. Untuk terst darahnya meliputi LED, KED, HsCRP sampai ke Rheum Factor.

Diagnosa sementara dari dokte SR adalah bahwa saya terkena Rheumatoid Arthritis.

Selasa, 24 September 2019

Pada hari ini saya mengambil hasil test darah dan menyerahkannya ke dokter SR. Namun karena hari ini dokter SR sedang dinas di luar kota selama seminggu, maka saya konsultasi dengan dokter yang ada. Saya gak tahu namanya tapi yang jelas beliau adalah dokter residen.

Setelah saya menunjukkan hasil tes darah dan juga foto rontgen, ternyata doktr residen ini tidak berani memutuskan apa penyakit yang saya derita. FYI, pada hasil test darah ini Rheum Factor saya negatif.

Cukup kecewa sih karena tidak mendapatkan jawaban yang jelas.

Selasa, 1 Oktober 2019

Hari ini saya datang lagi ke rumah sakit. Untungnya dokter RS ada ditempat. Dan untungnya lagi saya ada di antrian nomor 4 sehingga cepat dipanggil ke ruang dokter.

Sesampainya di sana saya berikan hasil test darahnya ke dokter RS. Melihat hasil LED, Lekosit dan HsCRP yang tinggi, biarpun Rheum Factornya negatif, beliau mendiagnosa saya terkena Rheumatoid Arthritis. Beliau juga menjelaskan biarpun hasil Rheum Factornya negatif tetapi seseorang juga bisa dikatakan menderita RA.

Karena beliau juga masih ragu-ragu, pada akhirnya saya dirujuk ke dokter penyakit dalam.

Di klinik Penyakit Dalam saya bertemu dengan dokter yang sudah sepuh berinisal dokter SSG. Dari sini saya kemudian diminta rontgent lagi tetapi di bagian Thorax.

Setelah ngantri kurang lebih 3 jam, hasilnya pun keluar. Dan foto menunjukkan tidak ada kelainan di bagian Thorax saya.

Lalu kemudian saya serahkan ke dokter penyakit dalam lagi, namun sekarang beda dokter. Beliau berinisal dokter AT. Beliau memeriksa test darah dan juga hasil rontgen, beliau juga tidak bisa memutuskan apakah saya positif Rheumatoid Arthritis atau tidak.

Lalu pada akhirnya setelah seharian di rumah sakit saya mendapatkan rujukan ke rumah sakit Sardjito karena di sana ada sub spesialis terkait rheumatologi.

Kamis, 3 Oktober 2019

Hari ini saya pagi-pagi sekali berangkat dari Klaten menuju Jogja. Bukan untuk jalan-jalan tetapi untuk periksa ke rumah sakit Sardjito.

Sesampainya di sana saya bingung harus mulai dari mana. Lalu setelah tanya-tanya ternyata mudah juga alurnya. Untuk proses pendaftaran di rumah sakit Sardjito ini saya posting di halaman yang lain ya..

Setelah proses pendaftaran akhirnya saya masuk ke klinik untuk di tensi. Di klinik penyakit dalam ini ada cukup banyak ruangan karena memang di sini ada sub spesialisasi masing-masing. Seperti :

  • Penyakit Dalam Umum
  • Gastro Hepatologi
  • Rheumatologi dan Autoimun
  • Endokrinologi
  • Infeksi
  • Nefrologi
  • Hematologi
  • Psikosomatik
  • Hipertensi Terpadu.

Setelah ditensi nama saya dipanggil ke ruang dokter. Karena antriannya di poli Rheumatologi ini tidak terlalu banyak.

Sesampainya di ruang dokter saya melihat ada 4 atau 5 dokter di sana. Kemudian saya diperiksa oleh seorang dokter muda yang saya tidak tahu namanya.

Saya diperiksa secara mendetail seperti sejak kapan sakitanya, posisi sakitnya dimana saja, hasil test darahnya gimana, obat apa saja yang sudah dikonsumsi dan lain sebagainya.

Selama saya konsultasi di dokter spesialis, baru kali ini saya mendapatkan pemeriksaan selengkap ini. Sementara di dokter spesialis lainnya ditanya sakitnya apa, diperiksa sebentar itupun sambil nulis resep obat. Tapi di sini jauh berbeda. Dan kalau saya hitung, di waktu saya di ruang dokter kurang lebih 3o menit. Sedangkan di dokter spesialis lainnya hanya 3 menit.

Setelah diperiksa saya diantarkan ke dokter yang lebih senior. Nama beliau adalah dr.Ayu Paramaiswari, SpPD-KR. Di sini beliau memeriksa saya dengan lebih detail lagi.

Kemudian beliau mulai menghitung dan saya mendapatkan skor 5. Padahal untuk bisa dikatakan terkena Rheumatoid Arthritis minimal skornya 6. Jadi skornya nanggung.

Karena ada satu test yang belum dilakukan, beliau meminta saya untuk test darah lagi, yaitu test anti CPP antibodi. Test anti CPP antibodi ini adalah sebuat test untuk mendiagnosa Rheumatoid Arthritis.

Dan satu test lagi, yaitu test IGRA karena saya bilang dulu pernah didiagnosa TBC sendi sehingga test ini untuk mengetahui masih ada tidaknya TBC.

Setelah test hasilnya keluar seminggu lagi. Dan saya berencana mengambilnya pada hari kontrol 2 minggu lagi.

Kamis, 17 Oktober 2019

Setelah 2 minggu menunggu hasilnya, hari ini saya melaju ke Jogja lagi dengan harap-harap cemas. Bagaimanapun juga hasil test darahnya akan menentukan bagaimana pengobatan selanjutnya.

Sesampainya di RS Sardjito, kemudian saya langsung menuju ke klinik penyakit dalam karena sebelumnya sudah mendaftar secara online. Sambil menunggu antrian buka, saya minta sama adik untuk mengambil hasilnya di lab. Untuk jaga-jaga juga saya cetak sendiri di komputer bawah hasil testnya.

Setelah memasukkan nomor rekam medisnya, saya cetak hasilnya. Hasil test darahnya adalah sebagai berikut :

  • IGRA : Positif
  • Anti CPP Body : Negatif.

Itu berarti, diagnosis dokter Roman 3 tahun lalu ternyata benar. Ada TBC di dalam diri saya dan setelah dikonsultasikan dengan dokter Ayu, ada kemungkinan TBC nya adalah TBC laten.

Sedangkan dengan hasil Anti CPP Body negatif ini dokter Ayu mendiagnosis saya dengan Rheumatoid Arthritis Seronegatif. Ini adalah RA dimana kondisnya Rheum Factor dan Anti Cpp Bodynya bernilai negatif. Tapi saya sendiri masih ragu karena untuk bisa dikatakan RA, skor ACR nya paling tidak adalah 6. Sedangkan dengan RF dan Anti CPP Body negatif, skor saya masih tetap di angka 5.

Kemudian melihat hasil ini, dokter Ayu memberikan rujukan untuk biopsi dan test GenExpert untuk mengetahui TBC nya.

Setelah ini saya diberikan obat berupa Sulfalazine dan juga rujukan ke Patologi Anatomi untuk melakukan biopsi. Namun sayangnya setelah sampai lab PA, ternyata biopsinya tidak sesuai yang diharapkan oleh dokter Ayu dan kemudian dibatalkan biopsinya.

Setelah itu saya pulang dan menunggu 2 minggu berikutnya untuk melaporkan perkembangan.

 

 

 

About the Author

Muhammad Sholeh

Seorang SEO Specialist di Good News From Indonesia (GNFI). Ex KIRIM.EMAIL. Techno Blogger. Digital Marketing and Technology Enthusiast.

View All Articles